00:00
Senin
00 Mei
jQuery(function($){
$("#ticker").tweet({
username: "buffhans",
page: 1,
avatar_size: 32,
count: 5,
loading_text: "lagi ngebaca twit..."
}).bind("loaded", function() {
var ul = $(this).find(".tweet_list");
var ticker = function() {
setTimeout(function() {
var top = ul.position().top;
var h = ul.height();
var incr = (h / ul.children().length);
var newTop = top - incr;
if (h + newTop <= 0) newTop = 0;
ul.animate( {top: newTop}, 500 );
ticker();
}, 5000);
};
ticker();
});
});
˟

SURAT RINDU #3 : Takkan Sempurna Tanpamu


Ini seperti mimpi, surat rindu pertamaku berbalas manis.
Surat sebelumnya, surat yang saat ini kamu baca, dan beberapa surat kedepannya, adalah pesanku. Pesan rindu yang mengendap dalam kotak draftku. Kamu mungkin salah, pesanku tidak bertempat dikotak terkirim, tapi disini. Didalam surat-surat rindu yang tertuju jelas pada alamatmu.

Aku membisu tanpa tahu bagaimana seharusnya membalas surat rindu darimu. Kata-kataku seharusnya kokoh menopang hati yang luluh oleh tumpukan waktu, ia luntur oleh teduh tutur katamu yang mengurai semu.

Tentang senja yang kukirim untukmu, boleh aku berbagi? Mungkin banyak yang penasaran tentang senjamu.. bukan, senja kita.


Kamu bilang, senja yang kukirim itu sempurna. Bagiku tidak, tanpamu senja manapun tak akan terasa sempurna.

Aku baru selesai membaca suratmu malam ini..

Tentang malam dibawah balutan sinar rembulan, bayangmu selalu membawaku terbuai dalam kerinduan. Aku pernah bilang padamu sebelumnya, perihal rindu. Ketika hatimu sedang dirudung sendu. Masih ingat?

Merindui bukan berarti mencintai. Meski keduanya masih tentang perasaan hati. Berkali-kali aku merindukanmu namun belum terbesit dalam pikiran untuk mencintai.

Namun hal yang kutakutkan benar-benar terjadi. Merindukanmu itu candu. Ia seperti benih yang tumbuh, kemudian perlahan menjalar dalam denyutan nadi. Bunganya selalu membisikkan satu nama, kamu.

Ketakutanku bukan berasal dari rindu, bagiku, kamu memang pantas untuk dirindu. Kamu berhasil menyuburkan benih rindu dalam hatiku. Selayaknya sebuah tanaman, ia sudah berdaun rimbun. Kamu tahu, yang paling indah dari sebuah tanaman adalah bunga. Dan yang paling terasa manis adalah buahnya.

Aku takut ketika hatiku terlalu manis karena buah-buah itu, hingga aku tak sanggup lagi mengatakannya sebagai rindu.

Aku tak bisa menjanjikan senja yang sempurna. Terkadang senja kelabu oleh hujan sendu, terkadang senja ungu bagai dihatam waktu. Namun denganmu, kita akan menemukan jingga yang tiada dua. Senja yang sempurna tanpa pernah menua.

Ini sungguh kaku, surat rinduku selalu tertulis seakan-akan kamu adalah milikku. Seakan-akan aku begitu tahu semua tentang sifatmu, tentang parasmu, tentang tatapanmu, tentang tutur katamu, tentang kelebihan dan kekuranganmu, dan semua tentangmu.

Mungkin aku terlalu lancang untuk mengatakan kamu seperti milikku. Memilikimu, hanya bisa kulakukan dalam dunia imajinerku, dalam mimpi, dalam angan, dan dalam lamunan. Tentu saja, yang kumiliki bukan kamu, hanya refleksi tentangmu.

Pada akhirnya semua harus tunduk pada realita dan logika bahwa untuk merindukanmu, aku belum tentu berhak. Apalagi memilikimu.