00:00
Senin
00 Mei
jQuery(function($){
$("#ticker").tweet({
username: "buffhans",
page: 1,
avatar_size: 32,
count: 5,
loading_text: "lagi ngebaca twit..."
}).bind("loaded", function() {
var ul = $(this).find(".tweet_list");
var ticker = function() {
setTimeout(function() {
var top = ul.position().top;
var h = ul.height();
var incr = (h / ul.children().length);
var newTop = top - incr;
if (h + newTop <= 0) newTop = 0;
ul.animate( {top: newTop}, 500 );
ticker();
}, 5000);
};
ticker();
});
});
˟

Kehilangan Makna #Mendengar


Kenapa sih orang-orang kebanyakan berlomba-lomba menambah jumlah followers ketimbang following? Kata followers dan following pasti sangat akrab bagi mereka yang aktif didunia sosial media, khususnya twitter.

Kita sedang dihadapi oleh persoalan kehilangan makna mendengar. Padahal, dua telinga yang diberi oleh-Nya bertujuan agar kita lebih banyak mendengar.

Mendengar seakan menjadi kehilangan makna. Ketika orang-orang lebih banyak berlomba-lomba menambah followers ketimbang following.

Mendengar semakin kehilangan makna. Ketika perbedaan jumlah followers dan following menjadi persoalan.

Mendengar kehilangan makna. Ketika banyaknya jumlah followers menjadi kebanggaan dan tolak ukur kesuksesan.

Dan mendengar menjadi tanpa makna. Ketika jumlah followers dapat diperjual-belikan.

Setidaknya, ini berarti orang-orang lebih banyak diikuti ketimbang mengikuti.
Setidaknya, ini juga semakin menguatkan, bahwa orang-orang lebih suka dicintai ketimbang mencintai.

Selain kehilangan makna mendengar, kita juga kehilangan makna sebenarnya dari cinta. Karena cinta adalah tentang mencintai dan dicintai. Semua selalu berkaitan dengan sebab-akibat. Ini kondisi idealis, namun dalam realistis maya, semua bisa berlaku kebalikan.

Jangan terlalu serius, ini hanya parodi.