00:00
Senin
00 Mei
jQuery(function($){
$("#ticker").tweet({
username: "buffhans",
page: 1,
avatar_size: 32,
count: 5,
loading_text: "lagi ngebaca twit..."
}).bind("loaded", function() {
var ul = $(this).find(".tweet_list");
var ticker = function() {
setTimeout(function() {
var top = ul.position().top;
var h = ul.height();
var incr = (h / ul.children().length);
var newTop = top - incr;
if (h + newTop <= 0) newTop = 0;
ul.animate( {top: newTop}, 500 );
ticker();
}, 5000);
};
ticker();
});
});
˟

SURAT RINDU #1 : Merindukanmu


Ini bukan pertama kalinya aku menulis surat. Tetapi, inilah surat pertama yang aku tulis untuk orang yang belum pernah ku temui sebelumnya..

Teruntuk kamu, perempuan perindu senja. Surat rindu ini sengaja kukirim untukmu, tanpa harapan balasan darimu, bahkan alasan untuk bertemu. Bentangan pemisah begitu lebar antara ruang dan waktu. Surat ini tentang rindu, yang tertumpuk oleh dentingan waktu, hingga menjulang bagai merbabu.

Pernah kita saling menatap senja diwaktu yang sama namun berbeda ruang. Lalu masing-masing dari kita terseyum sendiri dengan apa yang sedang dibayangkan. Aku tersenyum membayangkan sosok indah bayangmu dalam angan, mungkin juga kamu sebaliknya. Aku tak tahu persis apakah kamu saat itu sedang memikirkan hal yang sama.

Kita sama-sama merindu tanpa mengenal waktu, terkadang hingga larut malam aku selalu membayangkanmu hingga lupa untuk tidur. Draft pesan yang sering tak terkirim itu menjadi sebuah bukti rindu. Namun selalu saja ego memenangkan pertarungan hati dan pikiran untuk menyampaikan rindu berakhir menjadi pesan yang terendapkan. Pada akhirnya, tak satupun dari kita berani memulai sapa.

Merindumu adalah hal yang biasa kulakukan setiap waktu, bahkan dalam doa panjang yang selalu berakhir dengan harapan bersatu. Lalu sesekali aku bertanya padamu tentang doa yang sering kau panjatkan setiap waktu dengan harapan akan ada terselip sebuah nama didalamnya. Tentu saja yang kuharapkan adalah namaku.

Terkadang saling merindu tidak menyenangkan ketika setitik cemburu hinggap. Lalu salah satu dari kita mencoba memberanikan diri bertanya untuk sebuah kepastian. Kepastian agar cemburu salah terhadap prasangka dalam pergelutan antara pikiran dan hati.

Merindukanmu itu mudah, mengatakannya rumit. Entah bibir yang terlalu kelu, atau hati yang terlanjur malu. Hanya pesan singkat “Kamu sedang apa?” menjadi pengganti dari setiap kerinduan yang melanda, lalu jawaban adalah obat dari kerinduan yang telah menganga.

Apa kabar, kamu? Perempuan senja.