00:00
Senin
00 Mei
jQuery(function($){
$("#ticker").tweet({
username: "buffhans",
page: 1,
avatar_size: 32,
count: 5,
loading_text: "lagi ngebaca twit..."
}).bind("loaded", function() {
var ul = $(this).find(".tweet_list");
var ticker = function() {
setTimeout(function() {
var top = ul.position().top;
var h = ul.height();
var incr = (h / ul.children().length);
var newTop = top - incr;
if (h + newTop <= 0) newTop = 0;
ul.animate( {top: newTop}, 500 );
ticker();
}, 5000);
};
ticker();
});
});
˟

SURAT RINDU #13 : Cemburu


Selamat malam, kamu yang mulai mencintai fisika.
Aku sempat tertawa kecil ketika membaca suratmu, kamu yang membenci fisika, tiba-tiba berbicara seakan-akan kamulah pemenang olimpiade fisika tingkat nasional, aku kalah olehmu. Dulu aku pernah juara pertama olimpiade fisika loh? Hanya saja, ketika pemilihan wakil provinsi, aku gagal karena perbedaan 0,5 poin saja. Kalau saja aku lolos tingkat nasional, mungkin bisa ketemu kamu yah?
Hihihi..

Hey, kamu mungkin lupa dengan adanya hukum aksi-reaksi. Sekarang usahaku sedang positif terhadapmu, jadi mau-tidak-mau usahamu juga harus bernilai positif. Kalau tidak bisa positif, terpaksa aku harus memberimu tanda mutlak! :p

Dalam perputaran kosmik, segala isi semesta mengitari satu titik. Titik inilah yang kepastian, meski ia bisa terletak dalam kenisbian. Aku, kamu, kita, sama-sama saling mengejar satu titik kepastian. Pengejaran inilah proses untuk mencapai kebahagiaan. Dan tragisnya, kita sama-sama tahu bahwa yang kita kejar adalah sebuah tujuan yang semu, ketentuan yang belum tentu bersatu.

Aku mulai bertanya-tanya, kenapa kita tidak bisa mengintip takdir? Kenapa ia selalu menjadi misteri? Kenapa ia adalah hal yang begitu dinanti? Pada akhirnya, aku disadarkan kembali oleh pepatah lama, satu-satunya yang pasti dalam dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri.

Aku takut akan harapan yang dihadapkan pada konsep ketidakpastian. Konsep yang sangat menyebalkan. Bagaimana tidak? Semua harapanku melebihi ambang batas kewajaran. Ketika harapan itu kalah oleh kenyataan, hanya akan melahirkan kekecewaan. Kamu tahu kan bagaimana pahitnya kekecewaan?

Kamu tahu, ketakutanku semakin nyata ketika sore tadi kamu berniat untuk berhenti berbalas surat. Berhenti karena ada sosok orang lain yang cemburu. Bagiku, ia hanya orang yang berusaha merebut perhatianmu dariku. Dan aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.

Maaf aku egois untuk mengatakan ini. Tapi kamu pernah bilang, “Cinta adalah tentang mempertahankan” bukan? Aku hanya sedang mempertahankan usaha yang sudah kulakukan. Dan aku tak akan pernah membiarkan semua berakhir dalam kesia-siaan.

Aku serius, dan seharusnya kamu lebih peka terhadap lelaki yang mengalamatkan rindunya padamu, sedang tersulut api cemburu.

Di 1/3 malam-Nya kali ini aku berdoa lebih khusyuk dari biasanya. Doa dan harapanku hanya satu..
“Disisa akhir 0,1 Detik Kosmik hidupku kelak, akulah orang yang akan selalu berada disisimu.”

Maaf, aku terlalu banyak ngoceh lewat surat ini. Terlalu absurd untuk diartikan. Setidaknya kamu akan tahu nanti, ketika kamu mulai memancing cemburu, suratku akan selalu absurd.

Dari yang sedang cemburu, Perseus.