00:00
Senin
00 Mei
jQuery(function($){
$("#ticker").tweet({
username: "buffhans",
page: 1,
avatar_size: 32,
count: 5,
loading_text: "lagi ngebaca twit..."
}).bind("loaded", function() {
var ul = $(this).find(".tweet_list");
var ticker = function() {
setTimeout(function() {
var top = ul.position().top;
var h = ul.height();
var incr = (h / ul.children().length);
var newTop = top - incr;
if (h + newTop <= 0) newTop = 0;
ul.animate( {top: newTop}, 500 );
ticker();
}, 5000);
};
ticker();
});
});
˟

SURAT RINDU #21 : 20th Oddysey

Teruntuk kekasihku, Penelope.
Pasukan Yunani sedang menginvasi sebuah kota yang terkenal memiliki benteng yang sangat kuat. Pasukan yang berada dibawah komadoku, berkali-kali mecoba menerobos, dan sebanyak itu pula mereka tak mampu menembus benteng kokoh tersebut. Bukan memperlihatkan keberhasilan, melainkan kekalahan.

Sementara itu, pasukan Yunani mulai kehabisan perbekalan. Sebagai pimpinan pasukan, aku hanya memiliki dua pilihan, pertama terus menyerang hingga berhasil tembus atau pulang dengan membawa kekalahan.

Namun ketika menyerah, pasukanku harus menghadapi kelaparan ditengah jalan karena habis perbekalan selama perang. Selain itu, aku dan pasukanku juga harus menanggung malu dihadapan rakyat ketika pulang.


Namun jangan pernah mengatakan aku kehabisan akal. Aku lebih memilih opsi kedua, yaitu terus menyerang. Aku tahu resiko ketika pasukanku diharuskan untuk terus menyerang, semakin terus menyerang, semakin lemah pasukan, semakin dilanda kelaparan.

Namun ketika egoisme untuk menang tinggi, yang kulakukan adalah sebaliknya. Aku memilih untuk memberikan hadiah kepada lawan karena telah mampu bertahan dari serbuan. Aku memberikan kuda. Bukan kuda biasa, melainkan kuda besar yang terbuat dari kayu.

Pasukan didalam benteng berpesta-pora merayakan kemenangan, menempatkan kuda tersebut ditengah kota dan menyalakan api unggun besar. Sementara berpesta, mereka tak sadar kalau sedang lengah. Dan ternyata, didalam tubuh patung kuda yang besar itu, ada banyak pasukanku. Diseranglah pasukan musuh dari dalam. Hingga hancurlah kota tersebut. Mereka lupa, bahwa pada dasarnya kuda adalah kendaraan untuk ditunggang, kali ini kuda itu membawa tunggangan didalam tubuhnya.


Inilah akhir kehancuran kota Troy. Dan hadiah yang kuberikan bernama Kuda Troya. Namun, akhir cerita ini belum berakhir. Aku dan pasukanku mendapat kemurkaan dari Dewa-dewa karena menghancurkan patung dewa didalam kota. Aku sudah mengembara selama sepuluh tahun dari satu negeri ke negeri lainnya, mengalami banyak penderitaan, kehilangan semua anak buahku, hingga akhirnya dewata mengijinkanku pulang kali ini..

Saat pulang ke negeriku, Ithaca, semua orang mengira aku telah mati. Rintangan terakhir yang harus kuhadapi adalah mengusir 108 bangsawan Ithaca yang akan melamarmu. Namun aku tak sendiri, Dewi Athena dan putranya akan membantu, aku pasti akan berhasil melewati rintangan terakhir!

Sudah hampir 20 tahun tak pernah bertemu. Masing-masing dari kita saling menumpuk rindu dan berharap Tuhan memberikan temu. Ada rentangan jarak dan waktu yang saling memisahkan, ada juga rindu yang menyesakkan.

Sejauh apapun aku pergi, namun hatimu adalah sebaik-baik tempat untuk berpulang. Dan perjalanan pulang ini, sangat banyak rintangan, tak akan mudah. Tapi aku adalah lelaki tangguh yang sedang dalam perjalanan pulang. Dan kamu adalah lambang kesetiaan dalam penantian.

Sudah berapa banyak hati yang datang menghampirimu? Aku harap, kamu tak akan menjawab jumlah, karena hanya akan membuatku tercabik :p

Bersabarlah sedikit lagi, kita pasti akan bertemu. Karena kita adalah kisah kedua perjalanan kesetiaan Oddysey yang melegenda.

Tertanda, Oddyseus