00:00
Senin
00 Mei
jQuery(function($){
$("#ticker").tweet({
username: "buffhans",
page: 1,
avatar_size: 32,
count: 5,
loading_text: "lagi ngebaca twit..."
}).bind("loaded", function() {
var ul = $(this).find(".tweet_list");
var ticker = function() {
setTimeout(function() {
var top = ul.position().top;
var h = ul.height();
var incr = (h / ul.children().length);
var newTop = top - incr;
if (h + newTop <= 0) newTop = 0;
ul.animate( {top: newTop}, 500 );
ticker();
}, 5000);
};
ticker();
});
});
˟

Move like jagger!

Hei heeeii..
Halo semuaaa, apa kabar?
Lama gak nulis, akhirnya kangen juga buat nulis curcol lagi di blog.
Gue jadi hampir lupa bahwa fungsionalitas sesungguhnya dari blog gue ini untuk melepaskan penat yang menumpuk di otak, sebagai teman curhat, dan sebagai pencatat perjalanan hidup.

Belakangan ini gue memang selalu berusaha untuk menulis hal-hal yang lebih bermanfaat. Ya, itu sebuah langkah perubahan. Tapi gue jadi hampir lupa jati diri gue sesungguhnya. Bahwa untuk berproses menjadi blogger yang menuliskan tulisan-tulisan berbobot itu baru bisa gue lakukan setelah 2 tahun jungkir balik menulis dengan gaya tulisan curcol lepas.

Gak perlu munafik, bahasa gue dulu terkesan lebih brengsek dan seolah-olah tertawa akan perjalanan hidup. Tapi disitulah gue mulai menemukan gaya bahasa sendiri, dari situlah gue mulai belajar kritis menuliskan kehidupan. Kata-kata yang kurang sopan untuk diucapkan, dulu sering terlontar lewat blog ini.

Setidaknya, kata-kata yang gue buat itu semata-mata bertujuan untuk menyenangkan pembaca sekalian. Jujur saja, banyak pembaca yang suka dengan cerita kekonyolan gue. Iya kan?

Perubahan, semua orang menginginkan perubahan. Termasuk dalam tulisan-tulisan gue. Perubahan itu terasa ketika traffic pengunjung blog gue menurun, walau setiap bulannya masih diatas 1000-an pengunjung.

Artinya apa? Banyak yang mulai tidak menyukai tulisan gue.
Sebagai blogger, gue merasa gagal.

Gue merasa sedang masuk dalam masa transisi dimana gue harus memilih untuk berpindah gaya tulisan dari tulisan-tulisan curhat, menjadi tulisan-tulisan berbobot.

Gue berpikir untuk membuat sebuah blog lagi untuk menampung tulisan berbobot gue, tapi ini hanya akan menambah keribetan. Kata-kata sajak gue udah tersalurkan lewat catatan-nomaden.tumblr.com lalu, blog gue yang ini? isinya tulisan-tulisan curcol atau tulisan berbobot? ini yang masih menjadi pertimbangan.

Sementara disisi lain, banyak yang melihat potensi gue dalam menulis. Lantas beberapa organisasi dikampus meminta gue untuk mengelola sistem informasi blog organisasi tersebut. Apa gak jadi ribet lagi pikiran gue nantinya? Mending cuma 1 blog aja, tapi setiap organisasi yang gue ikuti menuntut hal yang sama.

Untuk konten blog dakwah, bahasa gue udah "blogger" banget!
Buktinya, beberapa kali gue memasang tulisan mading di Musholla Fakultas, beberapa kali dicabut karena katanya "bahasanya kurang sesuai". Jleeb! komentar seperti itu menjadi kritikan pedas. Bahwa tulisan gue gak berlaku universal. Meski bahasanya udah baku, tapi gaya tulisan harus diubah juga.

Bukan maksud gue untuk menolak amanah, tapi inilah apa adanya gue saat ini. Bahasa yang tercipta sudah seperti ini. Butuh waktu untuk berproses menyesuaikan bahasa lainnya.

Padahal, bahasa gue untuk tulisan-tulisan "islami" udah disesuaikan dengan bahasa yang santai. Tapi sepertinya mereka menginginkan "bahasa artikel" yang membosankan.

Tapi ambil dari sisi positifnya aja sih..
Gue anggap ini sebagai salah satu proses untuk menjadi penulis professional.

Anyway, jika nanti keputusan gue untuk beralih menjadi penulis berbobot, gue gak akan pernah lupa untuk sesekali nulis curcol seperti dulu. Karena bagaimanapun, tulisan-tulisan curcol itulah yang mengantarkan gue sampai seperti ini, tulisan-tulisan itulah yang membentuk karakter gue.

Gue gak akan pernah lupa.

Belakangan ini gue jadi jarang nulis, ini adalah bagian dari transisi tulisan.
Dan gue sebenarnya mengharapkan semangat dari pembaca. Banyak yang menjadi "Silent Reader" yang artinya mereka hanya membaca tanpa ada feedback.
Gue memang gak berharap banyak dari pembaca, asal mereka mau membaca, gue udah seneng. Tapi gak munafik juga kalo setiap penulis sebenernya mengharapkan feedback berupa komen atau apalah setelah membaca tulisan.

Move like jagger!
Sebagai jomblo, gue gak mungkin move on.
Move on dari apa coba? =___________="
Jadi, gue move like jagger aja! Ahahahaha