00:00
Senin
00 Mei
jQuery(function($){
$("#ticker").tweet({
username: "buffhans",
page: 1,
avatar_size: 32,
count: 5,
loading_text: "lagi ngebaca twit..."
}).bind("loaded", function() {
var ul = $(this).find(".tweet_list");
var ticker = function() {
setTimeout(function() {
var top = ul.position().top;
var h = ul.height();
var incr = (h / ul.children().length);
var newTop = top - incr;
if (h + newTop <= 0) newTop = 0;
ul.animate( {top: newTop}, 500 );
ticker();
}, 5000);
};
ticker();
});
});
˟

SENANDUNG HUJAN

(Backsound : Lee Sun Hee - Fox Rain)


Padamu aku menaruh curiga pada tatapanmu yang berbeda. Seperti awan gelap yang menahan hujan, aku menahan sejuta tanya padamu. Aku sedikit bisa menatap cerita dibalik matamu, namun sering kali gagal karena kau sembunyikan terlalu dalam. Ya, mungkin hanya seperti awan hitam yang hanya lewat.

Takkala kau tersenyum, aku merasa nyaman dengan perasaan semilir penyejuk hatiku dalam senyum mu. Sedikit menghapus rasa curigaku dengan senyum indahmu. Seperti aliran angin sepoi-sepoi disaat langit mendung, dingin menyejukkan.

Aku menahan suara tanya yang terhenti diujung kerongkonganku. Seperti suara gemuruh yang ditahan langit. Rasanya sakit ditahan pita suara, seperti lirih gemuruh yang menahan gelegarnya.

Aku menangis disaat aku tahu kenyataan yang kau sembunyikan sama seperti praduga dalam curigaku. Seperti hujan yang jatuh, awan tak mampu lagi membendungnya. Kelopak mataku lemah dihadapanmu, dan air mata ini mengalir begitu saja tanpa terbendung. Seperti derasnya hujan, aku menangis.

Aku ingin berteriak layaknya petir yang menyambar, tanpa ragu ia akan bersuara keras. Ya, aku berteriak dalam hatiku yang menangis. Aku ingin berteriak lewat mulutku sekuat mungkin. Tapi mulutku terlalu kelu dan kaku.

Terkadang aku seperti badai yang tak dapat menahan derasnya air mata. Hatiku bergolak seperti badai yang mengamuk. Mungkin mengacaukan pikiranmu melihat deras air mataku, memorak-porandakkan kata dalam bibirmu.

Kau gengam erat tanganku, membuka lebar senyummu, dan matamu seperti mentari yang mulai menyingsing awan hitam dilangit. Hujan menjadi rintik dan terang. Saat kau hapus air mataku dengan lembut tanganmu.

Kau peluk erat diriku dengan jawaban pasti, dengan kata-kata cintamu… Nyaman… seperti indahnya pelangi diufuk langit yang menjadi cerah.

Cerita kita seperti senandung hujan, kita akan melihat pelangi indah diakhir cerita.

Namun..

Aku merasa kali ini seperti akhir senandung hujan yang belum berakhir dengan rintiknya, terkadang kembali deras, terkadang kembali rintik, begitu seterusnya. Mentari tak sepenuhnya mampu menembus awan..
Aku hanya terus setia menunggu datangnya pelangi di akhir hujan..

Bisakah kau lukis kembali pelangi?